Jika peri tanpa sayap bercerita
Tertutuplah semua lubang telinga
Mulut terkatup
Bahkan celah di jendela jiwa tiadaHati mengerut
Jika peri tanpa sayap bercerita
Bersiaplah ia untuk kecewa
Jangankan seikat bunga
Sehelai kelopak pun melengos marah
Bila peri itu tak mau cerita
Apa dunia tahu dia menyerah?
Kedikkan kepalamu dan lihatlah ia sekilas saja:
Hatinya beku, bosan merundung satu-satu
Dimana keadilan?
KISAH SEMALAM SEORANG PENCOPET
Suatu ketika
Malam terkoyak
DOR!
Sosok ringkih tergeletak,mati
Sang tangan gemetar, pistol terlempar
Sayang sirine datang,mengaum-ngaum marah
“Angkat tangan! Polisi!”
Kaki-kaki itu berlari di pelataran toko yang sunyi
Terlambat
“Arrgghh…!!”
Terseok tubuh bersembunyi di gang tak berpenghuni
“Maafkan aku Tuhan.Aku tak punya pilihan.”
Dipeluknya tas penuh rupiah bakal penebus malaikat kecil 7 bulan yang memaksa menatap dunia
Terbayang canda tawa jadi hiasan keluarga
Indah! Bukan cerita mengada-ngada
Sayang manusia berseragam siap menghancurkan tiap sudut mimpinya
Tentu, tak gentar dengan hujan rintihan
Pun tak peka dengan mirisnya alasan
Ia bangkit,
Tangis nyaring itu memanggil
Beberapa detik saja
Dan peluru melaju
Mulutnya menjerit pilu
Bercampur perih luka di kaki dan dada
Hilang…
Bagai angin
Ada yang datang
Ada yang pergi
KARMA
Ya! Kita tak pernah tahu
Kita tersembunyi di balik topeng-topeng
Entah ada berapa mata,hidung, telinga,
Bahkan jantung dan hati
Semua melebur
Mengiringi curigamu yang uzur
Tak terhitung-hitung
Maka aku mengerti
Kenapa kau berlari
Mengejar kereta mimpi
Padahal ia siap kau naiki
TEGURAN TENGAH MALAM
Pukul 00.00
Hantu-hantu bergelayutan
Katakan, aku ada di sudut bumi mana
Berputar-putar
Jatuh terseok di gorong-gorong
Anemia?
Wah seluruh darah sudah dihisab drakula
Hantu-hantu bergelayutan
Sentuh aku dalam-dalam lantas katakan
Aku salah apa?
Aku ingin seperti kalian
Senang-senang, hingar-bingar
Dan tiba-tiba ada yang teriak,
“Manusia lemah! Kau kalah!”